19 Agustus 2008

Korban-Korban Fitnah

Ada seorang pemuda yang telah bertunangan dengan seorang gadis. Gadis itu manis, tetapi sayanganya ia suka memfitnah orang.

Pada suatu hari, ketika pemuda dan gadis itu sedang berduaan, si gadis berkata kepada pemuda, “Maaf, Mas. Aku mau bercerita kepadamu. Kemarin dulu ayahmu mendekati aku, lalu menggoda dan merayuku.”

Si pemuda tidak percaya. Namun, gadis itu terus meyakinkannya bahwa apa yang ia katakan itu benar. “Sungguh, Mas,” kata gadis itu, “aku tidak bohong. Berani sumpah.” Namun, pemuda itu masih tidak mempercayainya.

Pada hari-hari berikutnya, gadis itu masih saja mengatakan kepada pemuda itu bahwa ayahnya lagi-lagi menggoda dan merayunya. Pada akhirnya, gadis itu berkata kepada pemuda itu, “ Yang aku katakan sungguh-sungguh benar. Jika tidak percaya, datanglah ke rumahku besok sore sekitar pukul empat. Tetapi jangan beritahukan orang lain dan datanglah secara diam-diam.”

Keesokan harinya, pemuda itu dengan diam-diam datang ke rumah gadis itu. Alangkah terkejutnya, ia melihat ayahnya berlutut sambil membungkuk-bungkuk di depan tunangannya, sambil berkata, “Nak, aku minta dengan sangat. Jangan teruskan perilakumu yang buruk. Berhentilah memfitnah orang karena tidak baik.”

Tetapi pemuda itu hanya melihat ayahnya berlutut dan bibirnya bergerak-gerak mengucapkan sesuatu yang tidak dapat didengarnya. Melihat perilaku ayahnya itu, pemuda itu menjadi percaya akan kata-kata tunangannya. Maka tanpa pikir panjang, diambilnya suatu batu lumayan besar yang ada di dekatnya, lalu ia langsung lari menghampiri ayahnya, dan memukulkan batu itu sekuat tenaga ke tengkuk ayahnya yang sedang membungkuk itu. Seketika itu juga, ayahnya terjungkal ke tanah, mengerang lalu mati.

Beberapa hari kemudian, pemuda itu menyerahkan diri kepada yang berwajib, dan tak lama setelah itu ia dibawa ke pengadilan. Dalam pengadilan, gadis tunangannya itu dijadikan saksi utama. Pemuda itu mengaku bahwa ia membunuh ayahnya karena omongan tunangannya. Akhirnya, pengadilan menjatuhkan hukuman mati baik kepada pemuda maupun kepada gadis itu. Si pemuda dipersalahkan karena membunuh ayahnya, sedangakan si gadis dipersalahkan karena membuat fitnah yang mengakibatkan pemuda tunangannya membunuh ayahnya.

Fitnah membawa tiga korban: orang yang difitnah, pendengar fitnah, dan pembuat fitnah. Maka, apabial pada suatu saat kita tergoda untuk memfitnah orang, ingatlah akan pihak-pihak yang akan menjadi korbannya.

Tuh, denger. Jangan suka fitnah!

Fitnah lebih kejam dari ngintip!!!

Kisahnya dipinjam dari Konferensi Tikus-Tikus, Kumpulan Cerita.



1 komentar:

Ordinary Pank mengatakan...

dahsyat mank fitnah tu... *klo difitnah yg bagus2 g pa2 kekx... hi5x

pank@mysorowako.com