29 Agustus 2008

Yudisium

Hari ini kita yudisium.

Hari ini saya yudisium.

Hari ini nama saya bertambah panjang sedikit menjadi Ganesha Pratama Biyang, S.Ked.

Tapi dibalik nama itu ada sejuta bahkan semilyar beban yang serasa mencekik leher. Gimana nggak, dengan nama itu, kita udah dipanggil ”Dok”oleh pasien di rumah sakit padahal pengetahuan dan skill yang ada pada saya serasa nol besar. Iya, saya lulus tapi berasa gak tau apa-apa. Hal inilah yang menjadi salah satu kekhawatiran saya memasuki dunia perkoassan di rumah sakit.

Belum lagi dengan jas putih yang tiap hari kita pakai. Kalo diliat sih pasti orang pinter, tapi saya justru merasa sebaliknya. Berat beban saya make jas putih ini. Bener-bener gak sebanding dengan tanggung jawab yang sebenarnya termakna di dalamnya.

Makanya saya deg-degan memasuki dunia yang sebenarnya sekarang. Dunia dimana manekin sudah sebatas impian lalu. Udah harus menangani pasien beneran. Jadi kalo salah gak akan ada yang namanya remedial. Masa’ hidup orang ada remedialnya.

Tapi dibalik semuanya, ada secercah optimisme yang menyeruak.

Yang lain bisa, kok saya gak bisa?

Saya pasti bisa!



23 Agustus 2008

Lebih Dari Dua Jutaan

Lihat foto diatas?

Kenapa?

Lensanya miring kan?

Itulah yang terjadi dengan kamera saya setelah jatuh di posko Melongi’-longi’ sewaktu KKN. Bukan saya yang jatuhin, tapi temen saya. Tapi saya udah maafin. Walaupun udah dimaafin, dia pernah gak keluar kamar dan gak makan seharian di posko saking merasa bersalahnya. Gejala lainnya adalah takut bertemu dan ngomong dengan saya walaupun saya sudah menganggap hal itu udah lalu. Ngomong ke saya cuma lewat sms. Saya juga balesnya lewat sms doang. Aneh, karena kita hanya dibatasi oleh dinding kamar.

Awalnya saya ngira biaya servicenya berkisar 300ribuan, paling mahal 500anlah. Makanya saya menganggapnya bagaikan angin lalu. Tapi ternyata setelah dibawa ke counter Sony, kamera ini harus ganti lensa dengan estimasi biaya 2 jutaan.

Sumpah, saya nyaris pingsan di tempat kalo gak mikir bahwa itu bukan tempat yang pewe buat pingsan. Gimana gak pingsan kalo mikirin dimana dapet 2 juta dalam sekejap.

Mbak customer servicenya nyaranin buat saweran aja ama temen-temen posko untuk menanggung biayanya. 200ribu seorang pasti cukup. Tapi tawaran itu saya tolak mentah-mentah secara itu usul yang sangat bodoh yang pernah saya dengar.

Singkat cerita, uang untuk biaya servicenya terkumpul juga dari hasil bantuan adik saya, dan nguras abis semua tabungan yang ada di pundi-pundi. Orang tua saya gak tau sama sekali dengan masalah ini. Saya gak mau membebankan masalah ini ke mereka. Sudah cukup mereka punya 3 anak yang butuh biaya gede untuk masa depannya.

Satu hal yang saya syukuri dari kejadian paling memorable dan paling banyak menguras energi berpikir dar saya ini, saya belajar banyak hal di dalamnya. Saya belajar memaafkan orang lain gak hanya di mulut tapi juga di hati. saya belajar tidak mendendam. Saya belajar sabar. Saya belajar bertanggung jawab atas kesalahan saya.

Satu hal, saya merasa menang akrena lebih mengutamakan persahabatan saya dibandingakn uang 2 jutaan. Karena ada beberapa hal yang uang 2 juta bahkan 10 juta tidak dapat beli, termasuk persahabatan.



21 Agustus 2008

Kenangan Coffee Prince

Satu hal yang menjadi kenangan waktu kita KKN-an di Teppo, nonton Coffe Prince. Hahaha.. Ritual ini jadi hiburan yang bener-bener sangat menghibur di tengah sumpeknya (yang pura-pura sumpek) suasana selama KKN.

Awalnya cuma nonton yang di tv doang. Tapi taulah gimana gejolak kawula muda yang gak pernah tau kata sabar nunggu. Kita bener-bener gak sabar untuk nunggu dan nunggu episode besoknya. Belum lagi kalo udah episode Kamis, kita harus nunggu sampai Senin untuk menyaksikan apa yang terjadi di episode berikutnya. Makanya pas giliran mau pulang ngurus foto wisuda di Makassar, kita bela-belain nyari DVD-nya (walaupun bajakan) untuk nonton sampai abis.

Begitu DVD-nya udah jadi milik posko, kita udah jadwalin untuk dicancang (dikebut) sampai abis dari episode pertama sampai 17. Hahaha...

Awalnya sih kita nonton di ruang tengah. Bahkan sampai make LCD proyektor yang dipantulkan ke dinding. Hihihi..udah disalahgunain tuh proyektor yang sebenernya untuk penyuluhan jadi untuk nonton bareng. Makanya kalo ada posko lain yang minjem, kita wanti-wanti untuk minta dibalikin secepatnya kelar penyuluhan. Alasannya sih untuk penyuluhan juga, padahal mau dipake buat layar tancepan.

Episode semakin menanjak, tempat nonton kita pindahin di kamar karena alasan mengganggu kesibukan tuan rumah yang lalu lalang di ruang tengah. Gak pake layar tancep lagi karena proyektornya banyakan dipinjem ama posko lain. Langsung make laptop. Kebayang dong gimana 10 pasang mata mandangin laptop 14 inch selama berjam-jam sampai larut malam. Pegel. Makanya kita ngatur posisi sepewe-pewenya.

Kalo udah asyik nonton begini, kita tinggal tereak, ”Ade, teh panas!!!!” Hahaha..

Ade yang asyik nonton (penggemar berat Coffee Prince nih) langsung bilang, ”Dipaus dulu kasian..dipaus dulu kasian..dipaus dulu kasian..” Yang ada kita malah ketawa secara Ade itu kalo ngomong mrepet banget dan ngulang statementnya selalu tiga kali. Hahaha.. Dan dia dengan rela membuatkan kita teh anget temen nonton sampai larut malem.

Jadi pengen lagi suasana itu.. Huhuhu..

Sekarang yang di tv udah episode 16-nya. Besok kayaknya udah episode akhir malahan. Tapi gak seru ah nonton di tv. Banyak yang dipotongnya. Apalagi adegan di episode 16 akhir, episode yang menjadi favorit kita semua. Hahaha.. Adegan mesum. Selain itu, dubbingnya gak bagus. Jatuhnya malah jadi kayak sinetron siluman-siluman Indonesia di In****ar yang sampai saat ini saya heran, kok sinetron Indonesia didubbing. Kalo nonton langsung di DVD-nya, seru. Intonasinya bagus. Bahasanya juga bagus. Bahkan dari nonton Coffee Prince itulah kita dapet panggilan baru buat Pak Petrus, teman KKN juga yang tubel, ajusshi yang artinya paman. Seandainya stasiun tv yang bersangkutan mau merhatiin sisi-sisi itunya, pasti udah dibuatin below text deh untuk serial-serial korea yang ada. Lebih seru kayaknya.



19 Agustus 2008

Korban-Korban Fitnah

Ada seorang pemuda yang telah bertunangan dengan seorang gadis. Gadis itu manis, tetapi sayanganya ia suka memfitnah orang.

Pada suatu hari, ketika pemuda dan gadis itu sedang berduaan, si gadis berkata kepada pemuda, “Maaf, Mas. Aku mau bercerita kepadamu. Kemarin dulu ayahmu mendekati aku, lalu menggoda dan merayuku.”

Si pemuda tidak percaya. Namun, gadis itu terus meyakinkannya bahwa apa yang ia katakan itu benar. “Sungguh, Mas,” kata gadis itu, “aku tidak bohong. Berani sumpah.” Namun, pemuda itu masih tidak mempercayainya.

Pada hari-hari berikutnya, gadis itu masih saja mengatakan kepada pemuda itu bahwa ayahnya lagi-lagi menggoda dan merayunya. Pada akhirnya, gadis itu berkata kepada pemuda itu, “ Yang aku katakan sungguh-sungguh benar. Jika tidak percaya, datanglah ke rumahku besok sore sekitar pukul empat. Tetapi jangan beritahukan orang lain dan datanglah secara diam-diam.”

Keesokan harinya, pemuda itu dengan diam-diam datang ke rumah gadis itu. Alangkah terkejutnya, ia melihat ayahnya berlutut sambil membungkuk-bungkuk di depan tunangannya, sambil berkata, “Nak, aku minta dengan sangat. Jangan teruskan perilakumu yang buruk. Berhentilah memfitnah orang karena tidak baik.”

Tetapi pemuda itu hanya melihat ayahnya berlutut dan bibirnya bergerak-gerak mengucapkan sesuatu yang tidak dapat didengarnya. Melihat perilaku ayahnya itu, pemuda itu menjadi percaya akan kata-kata tunangannya. Maka tanpa pikir panjang, diambilnya suatu batu lumayan besar yang ada di dekatnya, lalu ia langsung lari menghampiri ayahnya, dan memukulkan batu itu sekuat tenaga ke tengkuk ayahnya yang sedang membungkuk itu. Seketika itu juga, ayahnya terjungkal ke tanah, mengerang lalu mati.

Beberapa hari kemudian, pemuda itu menyerahkan diri kepada yang berwajib, dan tak lama setelah itu ia dibawa ke pengadilan. Dalam pengadilan, gadis tunangannya itu dijadikan saksi utama. Pemuda itu mengaku bahwa ia membunuh ayahnya karena omongan tunangannya. Akhirnya, pengadilan menjatuhkan hukuman mati baik kepada pemuda maupun kepada gadis itu. Si pemuda dipersalahkan karena membunuh ayahnya, sedangakan si gadis dipersalahkan karena membuat fitnah yang mengakibatkan pemuda tunangannya membunuh ayahnya.

Fitnah membawa tiga korban: orang yang difitnah, pendengar fitnah, dan pembuat fitnah. Maka, apabial pada suatu saat kita tergoda untuk memfitnah orang, ingatlah akan pihak-pihak yang akan menjadi korbannya.

Tuh, denger. Jangan suka fitnah!

Fitnah lebih kejam dari ngintip!!!

Kisahnya dipinjam dari Konferensi Tikus-Tikus, Kumpulan Cerita.



18 Agustus 2008

Melepaskan Genggaman

Kembali, perenungan hidup saya terjadi di angkot untuk kesekian kalinya. kali ini angkot Sungguminasa-BTP transit via Sentral yang menjadi tempat meditasi saya yang maha suci.

Saya menyadari kalo manusia tidak akan mendapatkan hal-hal yang baru dalam hidupnya jika dia tidak dapat melepaskan beberapa hal yang sudah sepantasnya memang harus dilepaskan. Ibarat kata gelas, kalo udah penuh dengan air, mana bisa ditmbah dengan air yang baru lagi.

Inilah yang terjadi pada saya.

Saya terlalu kuat menggenggam suatu hal dalam hidup saya, memori tentang dia. Gak usah nanya lebih lanjut siapa dia. Sejak awal, saya memang sudah berkomitmen di mulut untuk melupakan dia dan semua tetek bengek tentang dia. Tapi ternyata komitmen itu cuma di mulut, sangat kontradiktif dengan alam bawah sadar saya yang masih gak bisa nerima kenyataan yang udah ada. Makanya setiap ada hal-hal yang terjadi yang mengingatkan saya akan dia, saya pasti akan mengenang kejadian itu dengan bumbu-bumbu drama khas drama queen. Gak lagu, gak kata-kata, gak kejadian, sama aja.

Genggaman kuat itu serasa udah membatu sehingga akhirnya Tuhan gak memerdekakan saya dari perbudakan memori ini. Saya baru sadar kalo yang Tuhan inginkan dalam hidup setiap makhluk-Nya adalah merdeka.

Saya harus merdeka. Saya harus melepaskan genggaman saya. Tangan saya harus membuka untuk menerima suatu hal yang baru dari Dia.



17 Agustus 2008

Dari Sabang Sampai Merauke

Dari Sabang sampai Merauke

Berjajar pulau-pulau

Sambung menyambung menjadi satu

Itulah Indonesia

Indonesia Tanah Airku

Aku berjanji padamu

Menjunjung Tanah Airku

Tanah Airku Indonesia

Happy belated birthday, Indonesia.

Wish you all the best.

Saya berjanji akan menjunjung tinggi namamu.

Dimana pun saya berada.



16 Agustus 2008

Pulang Ber-KKN

Akhirnya bisa kembali online setelah 50 hari berada di Pinrang buat KKN. Blog yang selama ini mati suri akhirnya bisa menarik seutas nafas lagi.

Rencananya, hari ini pengen nulis tentang kegiatan selama KKN. Pengen nyeritain juga tentang semua hal yang terjadi. Tapi setelah melihat ulang semua foto-foto selama ber-KKN, semua jadi hilang.

Yang ada malah rasa sedih karena KKN-nya harus berakhir.

Huhuhu...

Cuma 3 kata deh buat masa-masa KKN.

Speechless.

Memorable.

Lagi!!!!!!