21 Maret 2008

Jumat Agung, Sebuah Refleksi Kehidupan Tentang Cinta Yang Tak Terbatas

Simpul aku bertanya padaMu ya Tuhanku.
Ada apakah pada diri kami hingga tak abadi setia ini?
Ada apakah pada iman kami hingga kami melanggar perintahMu ya Allah?
Kami tak dapat tekun dan setia dalam melakukan kehendakMu. Mengapa ya Tuhan?
Hidup kami tak seperti burung gereja yang tak jenuh melantunkan kicauannya sebagai pujian baguMu sepanjang hari.
Ketika kami memandang salibMu, kamilah yang seharusanya memikul penghinaan itu.
Mengapa harus Engkau yang menderita?
Mengapa bukan kami yang dihukum?
Mengapa?
Mengapa?
Dalam baitmu yang kudus, kami datang menyerahkan diri ini, karena kami tak mampu memikul salibMu sebagai tanda cintaMu bagi kami.
Adakah kita merenungkan dan mengingat kembali hubungan cinta kasih yang suci kepada Allah?
Apa yang telah kita perbuat untuk Allah?
Apa yang telah kita berikan kepada Allah?
Saat salib cinta itu datang, serahkan seluruh hidupmu untuk Dia.
Saat salib cinta menuntunmu, ikutlah denganNya.
Cinta tak memberi apapun kecuali dirinya sendiri.

”Karena begiti besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya Yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Yohanes 3:16

”Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.”
Yesaya 53:4

Tidak ada komentar: